Tangisan Badai
Oleh : Naura Amalia Putri
Selalu merepotkan ibunya, membuatnya menjadu stres, menguatkan mentalnya yang lembut, itulah Aciel, gadis kecil yang masih berusia sangat dini yaitu 4 tahun. Masa kecil Aciel di penuhi tangisan yang selalu merepotkan ibunya. “Huaa… huaa… aku tidak mau makan bu”, ucap gadis kecil itu. Hampir sepanjang waktu, pagi dan malam menangis terus menerus. Memang wajar jika balita sering menangis, tetapi Aciel ini gampang menangis tanpa alasan. Berat badan Aciel juga sering turun drastis, sering sesak napas dan kulit Aciel terlihat sangat pucat.
Pada pagi hari yang mendung, kakak Aciel yang masih sekolah, tepatnya masih duduk di bangku SMP. Ketika hendak berangkat ke sekolah kakak biasanya selalu sarapan buatan ibunya. Ibunya saat itu sedang memasak sarapan untuk Aciel dan kakaknya, Aciel menangis kencang tiba-tiba, ibunya bingung harus bagaimana mengurus kedua anaknya, sedangkan ibu lagi memasak tongseng daging. Ibu pun mencoba menenangkan Aciel dengan menghiburnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.35, ibu lupa bahwa masakannya belum di oseng sehingga membuat wajan dan tongseng dagingnya gosong yang membuat kakak Aciel dan ibu kebingungan. Akhirnya ibu menyuruh kakak berangkat ke sekolah dan makan di kantin.
Bukan itu saja, keadaan dan kemanjaan Aciel yang bandel banyak yang merugikan ibu dan kakaknya. Ibu akhirnya memutuskan pergi ke dokter untuk memeriksakan kondisi Aciel. Ternyata kata dokter, Aciel mengidap penyakit Ventricular Septal Defect (VSD) atau Defek Septum Ventrikel, yaitu cacat jantung bawaan akibat adanya lubang pada jantung yang terjadi bayi lahir (kongenital).”Aciel harus segera di operasi sedini mungkin” ucap dokter, setelah ibu menunggu cukup lama di ruang pasien. Menurut dokter ini terjadi karena faktor genetik dan lingkungan tempat Aciel tinggal. Dan kata dokter juga detak septum vertikal Aciel ternyata sudah berukuran sedang, biaya operasi penyakit VSD berkisar antara 50-180 juta.
Ibu memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan biaya operasi Aciel, ibu belum punya uang sebanyak itu.”Ibu buat apa kue sebanyak ini?” tanya anak sulungnya, kakak Aciel.”Kamu bantu ya nak, untuk operasi adekmu” sahut ibu. Ternyata ibu berjualan kue keliling, kakak Aciel ikut membantu ibu berjualan di sekolahnya dan rajin untuk menabung. Meskipun kakak berjualan, kakak tetap belajar dengan giat dan sungguh-sungguh. Kakak Aciel tidak akan pulang sekolah sebelum kue yang di jualnya habis. “Hahaha kasian banget masih muda sudah harus mencari uang” ucap salah satu temannya dengan nada mengejek. Tanpa wajah murung kakak Aciel hanya membalasnya dengan senyuman yang tulus di bibirnya. Usaha tanpa ujian rasanya mustahil, ada saja temannya yang mencacinya karena berjualan, lebih baik daripada mencari uang yang haram. Cacian itu semakin membuatnya semakin bersemangat dalam berjualan, tanpa mengeluh ia membantu ibunya hingga dagangannya habis dan laris manis. Kakak Aciel pun mulai menyisihkan uang sakunya dengan ikhlas untuk adek kesayangannya itu.
Ibu berjualan di sekitar rumahnya. Ibu biasanya mulai membuat kue pada dini hari dan di jualnya pada waktu kakak Aciel berangkat sekolah. Ibu selalu berjualan setiap hari, tak kenal lelah ibu berjalan dengan kakinya yang sudah mulai menua. Menua hanya keadaan fisik, jiwa dan semangat nya masih seperti anak muda. Seorang ibu rela mengorbankan apapun demi buah hatinya. Tak lupa juga ibu selalu bersedekah, ada orang yang meminta bantuan ibu tak segan untuk membantunya.
Pada suatu hari ada seirang pengusaha yang merasa iba kepada ibu Aciel. Pengusaha tersebut menawarkan pekerjaan kepada ibu Aciel untuk bekerja di rumahnya untuk menjadi pembantu rumah tangga dengan bayaran yang cukup besar. Tetapi ibu menolaknya dengan alasan ia tidak bisa meninggalkan kedua anaknya dan ingin bekerja keras menghidupi kedua anaknya itu. Pengusaha itupun memaklumi ibu dan mengasi sedikit modal untuk ibu berjualan kue. Ibu bersyukur serta berterima kasih kepada pengusaha tersebut.
Hari demi hari di lewati keluarga Aciel, akhirnya ibu dan kakak Aciel berhasil mengumpulkan uang untuk biaya operasi Aciel, saat itu Aciel sudah duduk di bangku TK. Di hari itu segera ibu membawa ke rumah sakit untuk mengantarkan operasi Aciel. “Alhamdulillah, operasi Aciel berjalan dengan normal dan Aciel sudah bisa beraktivitas seperti anak kecil lainnya”, ucap ibu dengan menghembuskan nafas lega kepada anak pertamanya, kakak Aciel. Pada saat itu kakak Aciel baru pulang sekolah dan saat itu juga kakak Aciel sudah masuk ke kelas 1 SMK. Sekarang Aciel tumbuh menjadi gadis kecil yang aktif, kuat dan tangguh dalam menghadapi kehidupannya.
-TAMAT-