0bbdd325-c644-4a27-a2fe-8d9eee8bfbca
Sepotong roti untuk kucing jalanan

Sepotong roti untuk Kucing Jalanan

Karya : Wasiatul Maghfiroh

    “Bagaimana mungkin roti itu bisa hilang sendiri” Rani berteriak
memanggil pelayan lalu datang Aminah pelayan dari cafe tersebut “Tadi saya sudah memasukkan roti kedalam kotak tersebut tapi kenapa sekarang ngga ada ya?” “Kenapa kamu malah nanya balik kesaya” Rini marah karena rotinya hilang sudah beberapa kali terjadi sepotong roti menghilang begitu saja dari dalam kotak membuat Rini marah dan Aminah terancam dipecat dari pekerjaannya. Rini pikir Aminah lah yang mengambil roti itu.

   Tempat lain, seekor kucing telah berjalan ke arah tempat sampah dengan sibuk mengais makanan di tempat sampah.”Wajahnya tersenyum begitu menemukan sepotong roti bekas gigitan di ujung nya” selai stroberi, kucing itu bergumam tanpa pikir panjang kucing itu langsung menyantapnya dengan lahap tanpa memperdulikan pandangan orang di sekitarnya yang melihat dengan jijik ada juga yang menatapnya kasihan.

  Seorang anak perempuan berseragam merah putih mendekat ke kucing itu “kenapa kamu makan itu?” tanya seorang anak perempuan tersebut. Meong kata kucing tersebut menandakan dia lapar “Aku punya sepotong roti belum aku makan, buat kamu aja!” Si anak perempuan menyodorkan rotinya untuk kucing itu. Tanpa mengucapkan terimakasih, lalu menyantapnya dengan lahap. Anak perempuan itu tersenyum.

  “Apakah itu enak?” Dia bertanya kepada kucing itu si kucing pun meong dia tak mampu berbicara karena mulutnya penuh dengan roti, lalu gadis itu pergi menghilang meninggalkan kucing tersebut. Anak perempuan itu berjalan pulang dan sampailah di sebuah cafe datanglah seorang paruh baya menyapanya “kamu sudah pulang nak” “iya bu” kata anak perempuan itu lalu ibunya mengajak masuk kedalam cafenya.

  Ketika sore hari Rini duduk di sebuah bangku cafenya tiba “meong, ngeong, meong, ngeong, meong” seekor kucing kampung ia berdiri dihadapan seorang perempuan berpakaian coklat mudah perempuan cantik dengan alis tebal dan sepasang mata dan bulu mata lentik yang sedang asik menyantap porsi roti goreng dan didampingi jus mangga. Kucing itu memandangi suapan demi suapan yang masuk ke dalam mulut perempuan itu.

   Beberapa menit lalu si kucing kembali mengaung setelah kehadirannya tidak digubris oleh perempuan itu pandangan matanya satu dengan setitik harap mengibah sedikit makanan untuknya bola matanya yang bening bagai berkaca-kaca mengumpan harapan untuk mengisi perutnya semakin menipis berhari-hari karena tiada makanan yang didapatnya untuk sekedar pengganjal perut.

   “Hus, hus pergi sana” hardik perempuan itu dengan melototkan pandangan matanya kaki kiri dan tangan kirinya ia lepaskan kearah si kucing. Kucing itu mengangkat kedua kaki di depannya ia berdiri dengan bertumpu pada keempat kakinya ia mengangkat kaki kanannya bagian depan ia julurkan dengan pelan ke arah kaki perempuan itu “kamu mau apa? kamu mau meminta makananku? Ini aku membeli nya dengan uangku sendiri susah payah aku mencari uang, seenaknya kamu meminta makanan dari ku. “Pergi kamu jauh-jauh dari hadapanku!. Kamu pergilah mencari makan di tempat sampah!” Perempuan itu, kembali menyemburkan kata-kata pedasnya. Kucing itu mengeong lagi dengan pelan-pelan sekali kemudian ia membalikkan badannya dan ia pergi membawa tubuhnya yang semakin menipis menahan perih di perutnya.
  Seorang anak perempuan Lily di cafe yang sama sedang bersama temannya sedang asik menikmati roti panggang dan soto daging, lahap sekali mereka makan. Si kucing dekil dengan bulu bulunya yang kusam, mencoba mendekat ke arah Lily ia mengeong pelan Lily tidak mendengarkan ia masih makan dengan lahapnya sambil mengigit sepotong roti panggang dengan nikmatnya. Si kucing mencoba mengeraskan suaranya “meong, meong, meong”nyaring suaranya akan tetapi temannya Lily mengusir kucing tersebut. ” hus…hus” laki-laki itu mengangkat kaki kiri nya ke arah si kucing suaranya yang besar mengagetkan si kucing ia berlari menjauh langkah kaki si kucing semakin gontai, ia keluar dari cafe tersebut.
Ia berjalan menuju ke arah jalan raya yang dipenuhi dengan kendaraan padat, si kucing berjalan terseok-seok ke arah tong sampah. Bau busuk menerpa di indra penciumannya ai kucing mengais-ngais sampah kertas pembungkus nasi, ia berharap ada sedikit makanan untuk mengisi perutnya, akan tetapi, tidak ada sedikit makanan pun yang ia dapatkan dari tempat sampah itu tubuhnya yang kurus kini berbauh sampah ia kembali berjalan. Langkah kaki si kucing makin melemah ia berharap ada orang yang berbaik hati kepadanya.
    “Meong, meong, kucing kemarilah!” Si kucing terkejut mendengar suara itu suara yang menyapanya dengan ramah. Si kucing menoleh ke arah si pemilik suara. Si pemilik suara adalah seorang perempuan berpakaian lusuh, wajahnya sederhana, wajah sederhana yang menentramkan hati ketika di pandang. Ia duduk di bawah pohon rindang berdaun rimbun di taman yang berada di tepi jalan. Ia bersama seorang laki-laki yang berpakaian sama lusuhnya mereka sedang menikmati satu bungkus roti, satu bungkus roti yang mereka makan bersama-sama, ada tumpukan kardus dan kumpulan rongsokan hasil bekerja mereka hari ini, sedikit uang yang mereka punya, mereka gunakan untuk membeli roti sebagai pengganjal perut di siang hari nanti. Si kucing mendekat ke arah mereka, roti beserta ikan diberikan untuk nya oleh perempuan dan laki-laki itu atau suami istri pemulung itu. Si kucing makan dengan lahap, bahagia memenuhi hatinya. Ketika perempuan dan laki-laki itu pulang si kucing mengikuti langkah-langkah mereka dari belakang, mereka mengajak si kucing tinggal di rumah mereka.
   Bahagia memenuhi hati si kucing yang akan di rumah, sangat sederhana bersama dua kucing lainnya yang sudah terlebih dahulu disana. Akhirnya kucing itu tidak lagi kelaparan dan mendapatkan keluarga.

 _TAMAT_

PROFIL PENULIS

Narasi profil penulis 1.
Lahir di Pasuruan , pada tanggal 2 Agustus 2010, Wasiatul Maghfiroh adalah anak pertama dari bapak Amiril Mukminin dan ibu Nikmah Penulis merupakan lulusan dari MI. MIFTAHUL ANWAR Bangil Kabupaten Pasuruan. Saat ini Fifi panggilan akrabnya tercatat sebagai siswi di MTsN 1 Pasuruan dan duduk di kelas VIII J.

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Nyalanesia bekerja sama dengan ribuan guru dan kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk bersama-sama membangun jembatan literasi agar setiap anak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Pendidikan adalah alat untuk melawan kemiskinan dan penindasan. Ia juga jembatan lapang untuk menuju rahmat Tuhan dan kebahagiaan.

Mendidik adalah memimpin,
berkarya adalah bernyawa.

Artikel Terkait

Program Literasi Sekolah

 1. Membaca Nadhom asmaul husnah sebelum KBM 2. Madrasatul Quran 30 menit sebelum KBM 3. Menulis buku untuk guru dan siswa  4. Perpustakaan kelas,  5. Perpustakaan digital 6. Membuat mading madrasah 7. Membuat majalah madrasah 8. Membuat pojok baca  9. Mengikuti program Gerakan Sekolah Menulis Buku (GSMB) 2022, 2023 10. Menulis melalui web literasi madrasah

Baca selengkapnya...

Prestasi Literasi Sekolah

 1. Menerbitkan buku karya siswa  2. Menerbitkan buku karya guru 3. Menerbitkan majalah madrasah 4. Juara lomba membaca Puisi 5. JUARA 1 LOMBA VIDEO PROFIL MADRASAH Tk. MTs. Se kabupaten 6. JUARA FAVORIT LOMBA VIDEO PROFIL MADRASAH Se kabupaten 7. Juara 2 lomba media pembelajaran Tk. Kabupaten 8. Juara 1 Lomba WEB Literasi Sekolah Tk. 

Baca selengkapnya...