Dua remaja kembar, Kalesha dan Kalista remaja cantik yang terlahir kembar. Kalista adalah sosok Kaka yang lemah lembut nan baik hati serta ia tak tahu caranya marah berbanding terbalik dengan Kalesha, Kalesha sosok adik yang dingin, serius dan ia emosinya cukup tinggi tak jarang Kalesha membentak sang kakak bahkan tak segan melontarkan kata-kata kasar yang cukup menyakiti hati lembut Kalista. mereka tinggal di satu rumah, ya, mereka hanya tinggal berdua kedua orang tuanya merantau namun memutuskan untuk tidak menghubungi Kalesha dan Kalista. “kamu mau berangkat?” ucap Kalista “iya ini berangkat” sahut dingin Kalesha, Kalesha melanjutkan sekolahnya ke pendidikan yang lebih tinggi sedangkan Kalista tidak melanjutkan pendidikannya ia memilih bekerja untuk menghidupi dirinya dan sang adik, ia mengalah dan memilih untuk bekerja “tak apa aku tak bersekolah tinggi asal adikku pendidikannya lebih tinggi dari ku” ucap Kalista tengah memanaskan motor miliknya. pagi ini Kalista berangkat bekerja lebih awal ia tak sempat memasak untuk sang adikjadi ia meninggalkan pesan di meja “ini ada uang buat beli makanan pagi ini” sebuah note yang di tempel dan di sebelahnya ada sejumlah uang cukup untuk membeli sarapan sang adik. malam pun tiba mereka berkumpul di meja makan dan tengah makan malam, di tengah makan malam itu Kalista bertanya kepada sang adik “sha gimana kalo ayah sama bunda balik lagi kesini?” tanya Kalista pada Kalesha “usir aja ka ngapain kesini, mereka ninggalin kita udah lama.” sahut sang adik “tapi kan mereka tetap orang tua kita sha” lanjut sang kaka “orang tua mana yang tega nelantarin anaknya sendiri? apa masih pantas di sebut orang tua?” sambung Kalesha sedikit meninggikan suaranya.
Setelah perbincangan mereka di malam itu kini Kalista berubah ia lebih pendiam, Kalesha yang menyadari ada yang berubah dari sang kaka pun bertanya tanya namun ia tak peduli. seminggu telah berlalu, Kalista dan Kalesha tak ada obrolan mereka memilih diam dan tidak memulai obrolan sedikit pun. “kak Kaka kenapa si akhir akhir ini diem aja” tanya Kalesha kepada sang kaka namun Kalista menjawabnya dengan dingin “tak ada apa apa”. obrolan malam itu terakhir Kalista menanggapi sang adik, menyadari hal itu Kalesha berusaha untuk bertanya dan selalu bertanya namun sama, jawabannya sama seperti kemarin namun ia tak putus asa, ia takut ada apa apa dengan sang kaka. kini Kalista sedang duduk di teras rumah mereka dan Kalista sedang asik menatap ponsel miliknya, Kalesha yang melihat hal itu langsung memanfaatkannya untuk bertanya apa yang selama ini terjadi kepada sang kaka “kak Kaka kenapa si akhir akhir ini diemin aku terus biasanya juga bawel” ujar Kalesha “gapapa dek” sambung Kalista, namun Kalesha tak percaya ia terus bertanya kepada sang kaka “ayolah Kaka ga biasa kaya gini pasti ada sesuatu kan” rengek Kalesha “kalo Kaka bilang ayah sama bunda pisah terus bunda mau pulang ke kita sha apa kamu masih mau ngobrol bahkan maafin bunda?” sahut Kalista. Kalesha mendengar perkataan sang kaka pun terdiam sejenak “terserah Kaka, aku mau ke kamar” jawab Kalesha dingin. seminggu berlalu kini bunda datang disambut hangat oleh Kalista tidak dengan Kalesha, ia memilih untuk tetap di kamar dan tak menyambut kedatangan sang ibunda. Kalista kecewa pada sang adik namun ia tak menghiraukannya ia berfikir “nanti juga bakal keluar kamar” batin Kalista. hari demi hari Kalesha dan Kalista lalui dengan kehadiran sang ibunda, perlahan lahan Kalesha mulai bisa menerima kehadiran sang ibunda tapi perasaan Kalesha tetap sama, ia masih marah dengan ibundanya tetapi Kalista selalu membujuk sang adik agar tak membenci ibundanya sendiri. malam pun tiba seperti hari biasanya mereka makan malam di meja makan tanpa adanya obrolan namun Kalista mencoba membuka obrolan “sha gimana kuliahnya?” tanya Kalista “lumayan kak, aku selalu dapet temen baru.” sambung Kalesha, mendengar sang adik mulai mau bicara Kalista memanfaatkan waktu itu untuk berbincang bincang “besok kan weekend nih, Kaka juga libur kerja gimana kalo kita BBQ an di belakang” ajak Kalista “bunda boleh ikut kak?” tanya bunda “boleh dong Bun, gimana sha mau gak?” tanya Kalista pada Kalesha “aku ngikut aja kak” jawab Kalesha.
Setelah acara malam itu Kalesha kini mau dan sering menghabiskan waktu dengan ibundanya, Kalista yang melihat adiknya sudah mau mengobrol bahkan menghabiskan waktu bersama ibundanya senang, ia tak perlu membujuk sang adik lagi untuk memaafkan kesalahan bunda waktu itu. hari demi hari Kalesha semakin dekat dengan bunda kini ia sudah tak membencinya. “bunda Kalesha sayang sama bunda” ucap Kalesha ketika ia sakit dan bersikap manja layaknya anak kecil “hahahah bunda juga sayang sama kamu Kalesha” sahut bunda “Kalista ga di sayang juga nih?” sahut Kalista yang mendengar dan melihat sikap sang adik “bunda juga sayang kakak, bunda sayang semuanya” ucap bunda. bulan demi bulan berlalu kini Kalista dan Kalesha hidup bahagia dengan kehadiran sang ibunda, walaupun Kalesha pernah membenci sang ibu tapi ia sadar “sejahat apapun dia tetap ibuku” ujar Kalesha ketika sang ibu tertidu
r.